Total Tayangan Halaman

Sabtu, 29 Januari 2011

Pengembangan Review Jurnal Bab 4 ( Metode Riset )

BAB IV
Hasil dan Pembahasan

Hasa penelitian dan pembahasan
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas
Uji Validitas dilakukan untuk mengukur sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi alat ukurnya dan memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total.
Dalam pengujian validitas butir pertanyaan ini menggunakan kbrelasi product moment
dari Pearson. Pengujian validitas item kuesioner dilakukan terhadap 100 responden. Adapun
kaidah yang berlaku dalam uji validitas ini adalah sebagai berikut :
n Jika probabilitas kesalahan (sig.) > taraf signifikansi 0,05, maka inferensi yang diambil
adalah butir pertanyaan tidak valid.
n Jika probabilitas kesalahan (sig.) taraf signifikansi 0,05, maka inferensi yang diambil
adalah butir pertanyaan valid.
Adapun hasil uji validitas diketahui bahwa nilai probabilitas < 0,05, dengan kata lain item
dari masing-masing kuesioner layak digunakan untuk pengujian variabel-variabel di atas.

Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu pengukuran dapat
dipercaya atau dapat diandalkan atau seberapa konsisten suatu instruen mengukur konsepkonsep
yang ada.
Ketentuan yang berlaku dalam uji reliabilitas ini adalah :
n Jika koefisien alpha 0,6, maka variabel penelitian dinyatakan reliabel
n Jika koefisien alpha < 0,6, maka variabel penelitian dinyatakan tidak reliabel
Dari hasil uji reliabilitas diketahui bahwa nilai koefisien alpha lebih besar dari 0,6.
Dengan demikian kuesioner ini sebagai instrumen dapat digunakan untuk mengukur
variabel-variabel di atas.

Uji Asumsi Klasik
Uji ini dilakukan untuk memenuhi syarat agar persamaan yang diperoleh model
linear regresi berganda dapat diterima. Uji asumsi klasik dilakukan dengan cara uji
multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi, dan normalitas.

Uji Multikolinearitas
Menurut Imam Ghozali (2001;63) multikolinearitas dapat dilihat dad nilai Tolerance
dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian
sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan diregres terhadap variabel
bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak
dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai
VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi.
Nilai cutoff yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF di
atas 10. Setiap analisis harus menentukan tingkat kolinearitas yang masih dapat ditolerir.
Dari hasil uji multikolinearitas didapat nilai VIF lebih kecil dari 10. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dart model regresi tidak ditemukan masalah multikolinearitas.











Uji Heterokedastisitas
Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot antara prediksi variabel terikat dengan residualnya
dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi — Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized. Hal ini sesuai dengan pendapat Singgih Santoso
(2000;137).
Scatterplot di atas secara samar terlihat membentuk garis diagonal, akan tetapi
tidak memiliki bentuk tertentu serta menyebar secara bebas sesuai kaidah free distribution.
Oleh karena data menyebar sesuai kaidah free distribution, serta membelah sumbu 0
(data menyebar di atas sumbu 0 dan dibawah sumbu 0) maka dinyatakan model regresi
tidak mengandung gejala heterokedastisitas.

Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah di dalam model regresi ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka di dalam model regresi terdapat masalah
autokorelasi. Ada beberapa cara untuk mendeteksi masalah autokorelasi, salah satunya
adalah uji Durbin Watson.

Tabel 1 Pengujian Autokorelasi

Model
R
R square
Adjusted R square
Standard error of
The estimate
Durbin Watson
1
,986a
,972
,970
,472
2,124


Oleh karena harga DW sebesar 2,124 terletak pada rentang antara 1,55 s/d 2,46,
maka inferensi yang diambil ialah model regresi tidak mengandung gejala autokorelasi.

Uji Normalitas
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. (Imam Ghozali,
2001;83).
Model regresi di atas menunjukkan gambaran sebagaimana dinyatakan Imam
Ghozali, sehingga inferensi yang diambil adalah data bersifat normal, dengan demikian sangat
memungkinkan dilakukan pengolahan dalam statistik parametrik, seperti regresi ini

Analisis Regresi
Data primer yang diperoleh dari hasil jawaban responden melalui kuesioner dianalisis
secara statistik dan diolah dengan menggunakan program SPSS, untuk mengetahui faktorfaktor
Kepuasan Komunikasi yang mempengaruhi Kinerja Karyawan. Dari hasil analisis
regresi diperoleh nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas. Sehingga
persamaan regresi menjadi :
Y = 0,189X1 + 0,114X2 + 0,155X3 + 0,116X4 + 0,101X5 +0,117X6 +0,146X, + 0,118X8
Nilai koefisien dalam persamaan di atas merupakan nilai koefisien regresi parsial.
Dimana koefisien variabel kepuasan terhadap Iklim Komunikasi = 0,189, kepuasan terhadap
Komunikasi Pengawasan = 0,114, kepuasan terhadap Integrasi Organisasi = 0,155,
kepuasan terhadap Kualitas Media=0,116, kepuasan terhadap Komunikasi dengan Rekan
Kerja=0,101, kepuasan terhadap Informasi Perusahaan =0,117, kepuasan terhadap Umpan
Balik Individu=0,146, kepuasan terhadap Komunikasi Atasan dengan Bawahan=0,118.
Nilai koefisien dalam persamaan regresi tersebut menunjukkan besarnya pengaruh
variabel bebas (independen) atau variabel X terhadap variabel tidak bebas (dependen)
atau variabel Y. Dan koefisien regresi parsial tersebut dapat diketahui bahwa semua koefisien
bertanda positif yang menggambarkan pengaruh searah, yang maksudnya terjadinya
peningkatan nilai estimasi sebesar koefisiennya.
Dari estimasi regresi diperoleh koefisien determinasi adjusted R 2 = 0,970. Koefisien
determinasi adjusted digunakan untuk melihat besarnya variasi pada variabel dependen
(Y) dipengaruhi oleh variasi variabel-variabel independen secara bersama-sama.
Sebagaimana dapat dijelaskan dengan Tabel 2 di bawah ini

Tabel 2
Hasil Analisis Koefisien Determinasi

Variabel Estimasi
Nilai R
Nilai R2
Nilai Adjusted R2
Kinerja Karyawan  ( Y )
0,986
0,972
0.970

Dari Tabel 2 di atas diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (R) variabel X terhadap
Y sebesar : 0,986. Sedangkan koefisien determinasi adjusted R 2 = 0,970.
Sedangkan pengaruh dan kedelapan variabel bebas (X) terhadap variabel tidak
babas (Y) sebesar 0,970 atau 97 persen. Dengan kata lain, sebesar 97 persen variasi yang
ieijadi pada variabel Y disebabkan oleh perubahan X1, X2, X3, X4, Xs, X6, dan X8.
Sedangkan selebihnya sebanyak 100% - 97% = 3% merupakan pengaruh variabel bebas
lain diluar variabel X1, X2, X3, X4, Xs, X6, X7 dan X.


Analisis Regresi Ganda
Hasil analisis data, selanjutnya dapat disusun persamaan regresi ganda
sebagai berikut:
Y = 3,679 + 0,120 X1 - 0,04498 X2 + 0,444 X3 + 0,419 X4
(1,597) (-0,527) (4,403)*** (4,016)***
*** signifikan pada tingkat OD1%
R2 = 0,620
F = 29,809 Signifikan F = 0,000
D.W = 1,649
Keterangan:
Y = kinerja karyawan
X1 = kepemimpinan
X2 = motivasi
X3 = pelatihan
X4 = lingkungan kerja
Secara teoretis konstanta sebesar 3,679 menyatakan bahwa jika tidak ada
X1, X2, X3, X4 maka kinerja adalah sebesar 3,679 satuan. Angka koefisien
variabel kepemimpinan (X1) sebesar 0,120; koefisien variabel motivasi (X2)
sebesar -0,04498; koefisien variabel pelatihan (X3) sebesar 0,444; koefisien
variabel lingkungan kerja (X4) sebesar 0,419. Angka-angka tersebut di atas
merupakan angka koefisien masing-masing variabel dan menunjukkan pengaruhnya terhadap variabel kinerja karyawan.

Hasil Pengujian Hipotesis
 Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hasil t-hitung yang signifikan
hanya pada variabel pelatihan (X3) dan variabel lingkungan kerja (X4).
Angka t-hitung kedua variabel tersebut lebih besar dari angka t-tabel pada
N = 78, O D= 5%, yaitu 1,665 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini
artinya variabel pelatihan dan lingkungan kerja secara signifikan
berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Koefisien regresi variabel kepemimpinan dan motivasi ternyata secara signifikan tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan karena t-hitung nya lebih kecil dari t-tabel.
F-hitung sebesar 29.809. Hasil perhitungan tersebut selanjutnya
dibandingkan dengan F-tabel pada N = 78, O D= 5%, dan df = 4, yaitu 3,11.
Berhubung F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini
artinya secara signifikan kepemimpinan, motivasi, pelatihan, dan
lingkungan kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas
pelayanan.
Hasil perhitungan nilai R2 adalah sebesar 0,620. Hasil ini artinya bahwa
apabila terjadi perubahan pada kualitas pelayanan, 62% dapat dijelaskan melalui perubahan yang terjadi pada variabel kepemimpinan, motivasi, pelatihan, dan lingkungan kerja,sedangkan sisanya atau 38% dipengaruhi oleh variabel lain.

Seperti yang diketahui bahwa gaya kepemimpinan merupakan suatu proses dimana Seseorang mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan sendiri.
Seseorang pemimpin yang baik, sangat bergantung pada kemampuan pemimpin tersebut dalam menyesuaikan gaya kepemimpinannya pada situasi kerja yang di hadapinya.

Tannanbaum dan Schmidt yang dikutip oleh Gibson ( 2001:285 ) mengatakan
Bahwa :

“ Manajer yang baik adalah orang yang dapat memelihara keseimbangan  yang tinggi dalam menilai secara tepat kekuatan yang menentukan perilakunya yang paling cocok bagi waktu tertentu dan benar – benar mampu bertindak “

Keberhasilan perusahaan pada dasarnya ditopang oleh kepemimpinan yang efektif
dimana dengan kepemimpinannya itu dapat mempengaruhi bawahannya untuk membangkitkan motivasi kerja mereka agar berprestasi terhadap tujuan bersama.
Dengan mengetahui hal – hal tersebut maka hal – hal tersebut itu pula dapat membangkitkan motivasi dalam diri seseorang yang merupakan kunci untuk mengatur orang lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar