Laman

Jumat, 26 November 2010

Tugas Perilaku Konsumen III ( Proses Pengambilan Keputusan Oleh Konsumen )

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN (PERILAKU KONSUMEN)


Pendahuluan

Didalam dunia yang modern ini, kehidupan menuntut banyak sekali keputusan yang harus dibuat, misalnya keputusan untuk membeli TV atau DVD oleh kepala rumah tangga, keputusan untuk memberikan pinjaman dengan bunga rendah oleh pimpinan Bank Dunia, keputusan untuk mengalokasikan investasi dan keputusan-keputusan lainnya yang mempunyai ruang lingkup lokal atau daerah, sektoral, nasional, dan internasional.
Mengambil atau membuat keputusan, pada dasarnya berarti memilih satu diantara sekian banyak alternative. Misalnya ingin membeli produk atau tidak, tamatan SMA ingin melanjutkan kuliah di universitas negri atau swasta, dan lain-lain. Minimal ada dua alternatif dan dalam prakteknya lebih dari dua alternatif dimana pengambil atau pembuat keputusan (decision maker) harus memilih salah satu berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu.
Proses pengambilan keputusan terdiri dari lima tahap yaitu ;

PENGENALAN MASALAH -> PENCARIAN INFORMASI -> EVALUASI ALTERNATIF -> PILIHAN -> EVALUASI PASCAAKUISISI


1. PENGENALAN MASALAH
Pengenalan masalah terjadi bila suatu kebutuhan dirasakan oleh keadaan konsumen. Keadaan konsumen dipengaruhi oleh stimulasi. persepsi, aspirasi dan lingkungan (seperti kebudayaan, kelompok acuan, dan gaya hidup).
Yang mempersulit usaha pengambilan keputusan ialah bahwa kondisi dan sifat lingkungan itu tidak selalu dapat diketahui dengan pasti misalnya ketika konsumen menerima stimuli, seperti harga produk yang sangat mahal, penilaian orang lain terhadap pilihan konsumen sangat berpengaruh, ancaman fisik, psikologi maupun sosial yang besar akibat pemakaian produk, konsekuensi untuk menghentikan pemakaian produk lain yang disukai, dan hasil pemakaian masih belum dapat terbukti maka konsumen akan memiliki persepsi bahwa produk tersebut berisiko. Persepsi konsumen adalah menentukan hasil evaluasi pasca pembeliannya.

2. PENCARIAN INFORMASI
Setelah mengindentifikasi masalah, konsumen memulai proses pencarian untuk memperoleh informasi mengenai produk-produk yang mungkin mengeliminasi masalah tersebut. Para peneliti mendapatkan bahwa ada dua jenis proses pencarian konsumen yaitu pencarian internal dan eksternal.
Pencarian internal (internal search) adalah usaha konsumen untuk memanggil kembali memori informasi jangka panjang mengenai merk-merk produk atau jasa yang dapat memecahkan masalah mereka. Yang kemudian nantinya mereka atau konsumen akan memisahkan produk dan merk-merk tersebut kedalam tiga kategori :
a. Perangkat pertimbangan atau perangkat yang dibangkitkan (consideration set), yaitu merk-merk atau produk-produk yang dapat diterima konsumen
b. Perangkat lamban (inert set), yaitu merk-merk atau produk-produk diacuhkan oleh konsumen.
c. Perangkat tak layak (inept set), yaitu merk-merk atau produk-produk dianggap tidak layak.
Pencarian eksternal adalah (external search) adalah meliputi akuisisi informasi dari sumber-sumber luar, seperti teman, periklanan, pengepakan, laporan konsumen dan personil penjualan. Para konsumen terlibat dalam suatu pencarian eksternal dengan tujuan memperoleh informasi yang cukup untuk mengindentifikasikan dan membandingkan alternatif.
Identifikasi jenis-jenis informasi yang dicari konsumen dalam pencarian eksternal, meliputi ;
a. Merek-merek yang alternatif yang tersedia
b. Kriteria evaluatif yang membandingkan merek
c. Pentingnya berbagai kriteria evaluatif
d. Informasi yang membentuk keyakinan ; atribut yang dimiliki merk dan manfaat yang diberikan berbagai atribut.

3. EVALUASI ALTERNATIF

Inti dari pengambilan keputusan ialah terletak dalam perumusan berbagai alternative. Pada tahap evaluasi alternatif dari proses pemilihan atau akuisisi, konsumen membandingkan pilihan yang di indentifikasikan sebagai cara yang potensial mampu memecahkan masalah yang mengawali proses keputusan. Ketika membandingkan pilihan ini, konsumen membentuk keyakinan, sikap, dan tujuan mengenai alternatif yang dipertimbangkan serta memperhitungkan situasi, kondisi, waktu dan ruang dalam mempertimbangkan hasil yang mungkin didapat dari suatu keputusan, para konsumen juga mengingat kembali memori semantic dari peristiwa-peristiwa serupa di masa lalu (Nostalgia). Memori semantic ini memberi arti yang sangat mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan dan menilai kebaikan atau keburukan berbagai alternatif yang dihadapi mereka. Nostalgia mengacu pada “keinginan masa lalu, rindu akan hari kemarin, atau kebanggaan atas milik dan kegiata yang berhubungan dengan masa lalu”.
Bagaimana nostalgia mempengaruhi penentuan seseorang tentang kebaikan atau keburukan suatu pilihan? Karena nostalgia mengingat pada pengalaman masa lalu yang lebih menyenangkan daripada sesungguhnya, bila suatu merk dapat berhubungan dengan jenis memori positif ini, maka pengaruh positif dari memori akan diaihkan ke merk.

KATEGORI KEPUTUSAN
a. Keputusan dalam keadaan ada kepastian (certainty)
Apabila semua informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan lengkap, maka keputusan dikatakan dalam situasi ada kepastian. Dalam keadaan pasti kita dapat meramalkan secara tepat hasil dari setiap tindakan.

b. Keputusan dalam keadaan ada risiko (risk)
Risiko terjadi jika hasil pengambilan keputusan walaupun tidak diketahui kepastiaanya akan tetapi diketahui nilai kemungkinan (probability). Misalnya anda ingin memutuskan membeli barang , setiap barang dibungkus rapi sehingga anda tidak tahu mana yang bagus, mana yang cacat/rusak.Tetapi seandainya penjual barang tersebut jujur dan anda diberitahu barangnya ada 10 buah dan yang rusak 9 buah. Kemudian anda harus memutuskan jadi membeli atau tidak.
c. Keputusan dalam keadaan ketidakpastian (uncertainty)
Ketidakpastian akan kita hadapi sebagai pengambilan keputusan kalau hasil keputusan sama sekali tidak tahu karena hal yang akan diputuskan belum pernah terjadi sebelumnya.
d. Keputusan dalam keadaan ada konflik (conflict)
Situasi konflik terjadi kalau kepentingan dua pengambil keputusan atau lebih saling bertentangan (ada konflik) dalam situasi kompetitif. Contohnya kalau pengambil keputusan A memperoleh keuntungan dari suatu tindakan yang dia lakukan, hal itu hanya mungkin terjadi oleh karena pengambil keputusan lainnya, yaitu B, juga mengambil tidakan tertentu. Keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh masing-masing akan saling mempengaruhi baik secara positif maupun negative.
Walaupun kelihatannya sederhana, keputusan dalam situasi dalam konflik seringkali dalam prakteknya menjadi sangat ruwet (kompleks).

BEBERAPA KENDALA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Kendala yang paling kuat dampaknya sesungguhnya bersumber pada diri pengambilan keputusan yang bersangkutan sendiri. Kendala yang paling sering menampakkan diri adalah ketidakmampuan seseorang bertindak tegas. Contohnya :
a. Kegagalan di masa lalu
Dalam karier seseorang sebagai contohnya, tidak seorangpun yang mencapai nilai keberhasilan seratus persen. Ada saja tindakan dan keputusan yang diambil yang tidak mendatangkan hasil yang diharapkan. Pengalaman pahit demikian tidak jarang menjadi kendala dalam pengambilan keputusan, dan bahkan begitu menghantui seseorang sehingga ia menjadi takut atau ragu-ragu dalam mengambil keputusan.

b. Konsultasi yang berlebihan
Proses pengambilan keputusan dapat menjadi sangat lamban apabila seorang pengambil keputusan melakukan banyak konsultasi dengan berbagai pihak. Proses konsultasi bukan saja perlu tetapi harus dilakukan, alasan nya ialah bahwa dalam menghadapi situasi problematik , kemampuan seseorang yang terbatas tidak memungkinkan memecahkan masalah tersebut secara tuntas betapa tinggi kemampuannya.

c. Faktor ketidakpastian
Tidak dapat disangkal bahwa ketidakpastian merupakan salah satu kendala yang dihadapi dalam pengambilan keputusan. Karena itu kemampuan memperhitungkan dan mengatasi kendala tersebut. Ketidakpastian itu menjadi kendala karena :
1) Kurangnya keyakinan dalam diri pengambil keputusan tentang hasil yang akan diperoleh dari keputusannya.
2) Preferensi pribadi yang bersangkutan atas alternatif yang mungkin ditempuh, yang bisa saja berbeda dari alternatif yang ditemukan melalui pendekatan ilmiah.
3) Si pengambil keputusan ragu apakah keputusan baru diperlukan.

d. Pemahaman yang tidak tepat tentang peranan informasi
Pemahaman yang tidak tepat tentang peranan informasi dalam proses pengambilan keputusan dapat menjadi kendala yang harus disingkirkan. Tidak jarang terdengar keluhan para pengambil keputusan mengatakan , bahwa mereka tidak mengambil keputusan karena mereka tidak memiliki informasi yang cukup. Bukan merupakan peristiwa yang ganjil jika seorang pengambil keputusan menggunakan dalih terlalu banyak informasi sebagai alasan untuk tidak cepat mengambil keputusan.


4. PILIHAN
Setelah mengevaluasi semua alternatif, langkah konsumen berikutnya dalam proses pengambilan keputusan adalah membuat pilihan. Para konsumen memilih merk atau jasa alternatif, dan mereka juga menentukan pilihan diantara toko-toko. Dalam proses pilihan konsumen, konsumen juga dapat memilih alternatif yang tidak dapat dibandingkan (noncomperable alternatives). Misalnya, orang dapat memilih antara menjalani liburan yang mahal dengan membeli mobil, atau membeli perhiasan dan sebagainya.
Bagaimana orang menentukan pilihannya sangat dipengaruhi oleh jenis proses keputusan dimana mereka terlibat. Proses pilihan akan berbeda bila konsumen menggunakan pendekatan keterlibatan tinggi dibandingkan dengan keterlibatan rendah. Demikan pula bila para konsumen menggunakan orientasi pengalaman, maka proses pilhan akan berubah.
a. Pilihan dengan keterlibatan tinggi.
Menurut kondisi keterlibatan tinggi, konsumen bertindak seolah-olah mereka menggunakan model kompensatori (compensatory models of choice). Menurut model kompensatori pilihan yaitu orang menganalisa setiap alternatif dengan cara evaluatif yang luas sehingga penilaian yang tinggi atas salah satu atribut dapat mengkompensasi penilaian rendah atas atribut lainnya. Dalam jenis proses evaluatif ini, semua informasi mengenai atribut suatu merk digabung ke dalam penilaian merk secara keseluruhan. Prosesnya akan diulang untuk setiap alternatif merk, dan merk yang mempunyai preferensi keseluruhan tertinggi dipilih.
b. Pilihan dengan keterlibatan rendah.
Keterlibatan rendah konsumen umumnya bertindak seolah-olah mereka menggunakan model pilihan nonkompensatori (noncompensatory model of choice). Menurut penilaian ini, penilaian yang tinggi atas beberapa atribut tidak perlu mengkompensasi penilaian yang rendah atas atribut lainnya. Model nonkompensatori juga disebut model pilihan hirarkis (hierarchical models of choice) karena konsumen dianggap membandingkan alternatif atas atribut-atribut pada suatu waktu. Satu atribut dipilih dan semua alternatif dibandingkan dengannya. Apabila konsumen berada dalam situasi keterlibatan rendah, mereka tidak mau terlibat dengan sejumlah besar pemrosesan informasi yang dibutuhkan oleh model kompensatori.
Model nonkompensatori digunakan sebagai jalan pintas untuk mencapai keputusan yang memuaskan, bukan optimal.
c. Proses Pilihan Pengalaman
Dari perspektif pengalaman, konsumen menentukan pilihan setelah mempertimbangkan perasaan mereka mengenai alternatif, perspektif ini memberi sedikit tekanan pada pengembangan kepercayaan mengenai atribut. Beberapa jenis pilihan konsumen dapat dikatagorikan sebagai proses pengalaman ;
1) Heuristis afeksi referal
2) Pengaruh kesadaran merk
3) Pembelian impulsif
4) Pengaruh berdasarkan suasana hati.

1). Heuristis Afeksi-Referal (affect-referral heuristic),
Mereka berdasarkan pilihannya pada tanggapan emosi keseluruhan terhadap alternatif. Jadi dari pada mereka meneliti atribut atau keyakinan mereka mengenai atribut, lebih memilih alternatif dimana mereka mempunyai perasaan yang paling positif.
Heuristis afeksi-referal menjelaskan mengapa para konsumen melakukan pembelian berdasarkan kesetiaan merk. Pembelian yang dilakukan karena kesetiaan merk mempunyai komponen yang kuat, konsumen yang mengungkapkan kesetiaan merk yang kuat hampir pasti menunjukkan sikap yang sangat positif terhadap merk. Ketika melakukan pembelian, mereka tidak melalui proses keputusan yang luas atau bahkan terbatas. Disini, mereka hanya mengacu pada perasaan
Contoh ; andaikan setelah bertahun-tahun TV Toshiba akhirnya rusak. Ia akan mengungkapkan kesetiaan merk bila ia hanya menghubungi agen Toshiba dan memintanya untuk menyampaikan model terbaru yang ada.

2). Pengaruh Kesadaran merk (The Effect of Brand Awarness)
Kesadaran merk juga mempengaruhi pilihan konsumen melalui proses afeksi referral. Merk-merk baru sering kali mengalami masa sulit untuk meraih pangsa pasar karena konsumen memiliki pengaruh positif yang demikian banyak terhadap merk. kosumen cenderung untuk memilih merk yang dikenal daripada merk-merk yang memasuki pasar.
Contoh : minuman aqua. Apabila isi air yang terdapat didalam aqua dipindahkan ke dalam botol yang menggunakan brand berbeda dan belum dikenal, maka kemungkinan yang sangat besar konsumen tidak akan jadi memilih minuman tersebut selain aqua walaupun air dari botol tersebut telah di isi dengan air dari aqua. Itu sebabnya suatu merk sangat mempengaruhi konsumen dalam memilih untuk membeli.

3). Pembelian impulsif
Pembelian impulsif didefinisikan sebagai tindakan membeli yang dilakukan tanpa memiliki masalah sebelumnya atau maksud atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko.Contoh : saya berada di Beverly Hills hanya untuk berjalan-jalan tanpa niat untuk membeli, tetapi ketika saya melihat beberapa sepatu yang dijual, saya masuk ke toko dan mencobanya dan ternyata ukurannya pas sekali. Waktu itu saya berfikir untuk membeli sepasang, kemudian saya mendapatkan bahwa perasaan saya harus mencoba segalanya. Perasaan tersebut memanggil-manggil saya, lalu kita tiba-tiba merasa dipaksa untuk membeli sesuatu. Rasanya seperti memproleh suatu ide. Ini merupakan keinginan yang tiba-tiba, dan bila kita tidak dapat melakukannya dengan segera, kita harus memikirkan alasan mengapa kita tidak membutuhkannya.

4). Pengaruh keadaan suasana hati terhadap pilihan
Keadaan suasan hati mempengaruhi apakah konsumen akan menggunakan pendekatan pengambilan keputusan atau pengalaman untuk melakukan pilihan. Sebuat tim riset menemukan bahwa masyarakat dalam suasana hati positif memberi respon yang lebih menguntungkan pada daya tarik emosional dari pada daya tarik informasi. Sebaliknya, masyarakat yang berbeda dalam keadaan suasana hati negatif memberi respon lebih menguntungkan pada daya tarik informasi

5. EVALUASI PASCAAKUISISI
Model proses pascaakuisisi konsumen, meliputi 5 tahap utama :
a. pemakaian atau konsumsi produk
b. kepuasan atau ketidakpuasan konsumen
c. perilaku keluhan konsumen
d. disposisi barang
e. pembentukan kesetiaan merk
Selama tahap konsumsi, konsumen menggunakan dan mempelajari produk, pemakaian produk meliputi tindakan dan pengalaman yang terjadi pada periode waktu dimana seorang konsumen secara langsung menggunakan barang atau jasa.
Tahap ini kemudian diikuti oleh pengembangan kepuasan atau ketidakpuasan akan produk. Tingkat kepuasaan/ ketidakpuasan dipengaruhi oleh evaluasi konsumen.
Bila konsumen merasa tidak puas dengan kinerja produk, mereka dapat mengeluhkannya kepada pengecer atau pabrik atau layanan konsumen.
Dua tahap akhir dari tahap pascaakuisisi meliputi disiposisi barang/produk yang pada dasarnya seorang konsumen mempunyai strategi disposisi untuk memilih setelah menggunakan produk selama beberapa periode waktu, apakah produk atau barang tersebut akan disimpan, dibuang, dijual atau diberikan. dan yang terakhir dari proses pascaakuisisi yaitu mereka membentuk kesetiaan merk serta niat untuk membeli di masa depan atau mendatang.

KESIMPULAN

Jadi sebelum para konsumen memilih barang ataupun jasa. Konsumen terlebih dahulu harus mengetahui apakah produk yang dijual di pasaran benar – benar aman dan sesuai dengan kebutuhan. Mutu dan kualitas dari setiap produk sangat menentukan pilihan konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli atau tidak. Pengetahuan dari konsumen untuk mengambil suatu keputusan haruslah tepat, karena apabila konsumen mengambil keputusan yang salah dalam memilih produk atau jasa maka konsumen merasa akan dirugikan, jadi sebelum membeli suatu produk yang diinginkan sebaiknya konsumen bertanya terlebih dahulu tentang mutu dan kualitas dari sebuah produk dan manfaat kegunaannya apakah benar bisa berkhasiat atau tidak.


DAFTAR PUSTAKA

Erna Ferrinadewi, Merek dan Psikologi Konsumen, Graha ilmu, Yogyakarta, 2008

Johannes Supranto, Teknik Pengambilan Keputusan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1991

John C.mowen/Michael Minor, Prilaku Ponsumen jilid 2, Erlangga, Jakarta, 2002

Leon G. Schiffman dan leslie lazar kanuk, prilaku konsumen edisi 7, PT.Indeks kelompok Gramedia

S.P. Siagian, Teori dan praktek pengambilan keputusan, penerbit CV haji Masagung, Jakarta, 1988

Selasa, 23 November 2010

Pengembangan Dari Ketiga Review Jurnal ( BAB III )

Pengembangan dari Ketiga Review Jurnal

BAB III.
METODOLOGI

3.1 Metode Penelitian
3.1.1 Metode Penelitian yang digunakan
Data diteliti dengan menggunakan metode Deskriptif menurut
Nazir ( 2003 ) adalah “ Metode Deskriptif adalah
suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu
objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang “. Tujuan dari penelitian
Deskriptif ini adalah untuk memebuat deskripsi, gambaran, atau
lukisan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta –
fakta, sifat – sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki

3.2 Jenis Data dan Sumbernya
3.2.1 Jenis data dan Sumbernya
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah Data Primer
yaitu data yang berasal langsung dari sumber yang dikumpulkan
secara khusus dan berhubungan langsung dengan permasalahan yang
diteliti. Jenis data ini diperoleh langsung dari penyebaran
kuesioner, wawancara dengan responden dan studi literature. Selain
Data Primer, Data Sekunder juga digunakan dalam penelitian. Data
Sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian terdahulu
yang dapat mendukung penelitian. Data sekunder diperoleh manual
perusahaan, surat edaran, laporan – laporan perusahaan, dan
catatan mengenai karyawan.

3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data baik Data Primer dan Data Sekunder adalah :
1.Data Primer dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner secara
langsung kepada karyawan. Karyawan diyakinkan bahwa tanggapan
mereka akan anonim dan rahasia. Responden memasukkan kuesioner
yang telah diisi lengkap dalam amplop tertutup yang telah
disediakan.

2.Data Sekunder dilakukan dengan cara pengumpulan laporan
kepegawaian dan aturan – aturan / kebijakan kepegawaian yang
berlaku di perusahaan.

3.4 Teknik Pengolahan Data
Alat yang digunakan dalam mengolah data adalah kuesioner yang telah
diisi yang pertanyaannya disusun secara sistematis dengan tujuan
agar pertanyaan dapat diketahui dengan jelas. Langkah – langkah
dalam pengolahan data adalah :
a.Editing
Yaitu pemeriksaan kembali seluruh angket yang masuk dengan
melihat apakah ada kesalahan atau tidak.

b.Tabulasi
Yaitu semua jawaban diubah menjadi bentuk angka, lalu hasilnya
dijumlahkan.

Hasil data yang diperoleh dari lapangan berdasarkan variabel –
variabel yang telah dioperasionalkan akan dianalisis secara
deskriptif yaitu dengan cara pemberian skor pada setiap pertanyaan
Teknik analisis dan standar penilaian yang akan dilakukan adalah
menentukan bobot penelitian dari setiap alternative jawaban
kuesioner, yaitu :

Nilai 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju ( STS )
Nilai 2 untuk jawaban Tidak Setuju ( TS )
Nilai 3 untuk jawaban Kurang Setuju ( KS )
Nilai 4 untuk jawaban Setuju ( S )
Nilai 5 untuk jawaban Sangat Setuju ( SS )

3.5 Teknik Analisis Data
Untuk melakukan analisis data digunakan Regresi Linier
Berganda
( Multiple Regresion )dan dikakukan dengan
bantuan program aplikasi SPSS. Adapun persamaan regresinya adalah
Kinerja Karyawan = a + b1 Kep + B2 Mot + b3 Pel + b4 LK + b5 KK + e
Keterangan :
a : parameter konstanta
b1, b2, b3, b4,b5 : parameter penduga
e : variabel pengganggu
Kep : kepemimpinan ( X1 )
Mot : motivasi ( X2)
Pel : pelatihan ( X3 )
LK : lingkungan kerja ( X4 )
KK : kepuasan komunikasi ( X5 )

Berdasarkan model regresi tersebut dapat dilakukan beberapa
pengujian statistik, yaitu :

a. Uji-T
Uji-t ini untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel
independent (X1, X2, X3, X4,X5)secara individu terhadap variabel
dependen (Y) dengan asumsi variabel lainnya adalah konstan
(Kuncoro, 2001: 97). Langkah-langkah pengujian diawali dengan
membuat formulasi hipotesis sebagai berikut.
1) Menentukan hipotesis nihil (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha).
Ho: bi = 0, artinya tidak ada pengaruh antara variabel independen
(Xi)terhadap variabel dependen (Y).
Ha: bi < 0, artinya ada pengaruh negatif antara variabel independen (Xi)terhadap variabel dependen (Y). Ha: bi > 0, artinya ada pengaruh positif antara variabel independen
(Xi)terhadap variabel dependen (Y).
2) Menentukan tingkat signifikan dengan tabel.
3) Mencari t hitung dengan rumus:


Keterangan:
bi = koefisien regresi variabel independen ke i.
Se bi = standart error koefisien regresi variabel independen ke i.
4) Keputusan
Ho: diterima bila t hitung < t tabel, Ha ditolak. Ha: diterima bila t hitung > t tabel, Ho ditolak.

b. Uji-F
Uji-F ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variabel independen
(X1, X2, X3, X4, X5 ) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen (Y) (Kuncoro, 2001: 98). Langkah-langkah pengujian
diawali dengan membuat formulasi hipotesis sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis nihil (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha).
Ho: b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya variabel independen secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha: b1; b2; b3; b4, b5 H D0, artinya variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
2) Menentukan tingkat signifikan dengan F-tabel.
3) Mencari F-hitung dengan rumus:

Ketererangan:
R = koefisien determinasi majemuk.
K = jumlah variabel independen yang digunakan.
N = jumlah sampel.
4) Kesimpulan
Ho: diterima bila F hitung < F tabel, Ha ditolak. Ha: diterima bila F hitung > F tabel, Ho ditolak.


c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui persentase
variabel independent secara bersama-sama dapat menjelaskan variabel
dependen (Kuncoro, 2001: 100). Nilai koefisien determinasi
adalah di antara nol dan satu. Jika koefisien determinasi (R2) = 1,
artinya variabelvariabel independent memberikan semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Jika
koefisien determinasi (R2) = 0, artinya variabel independen tidak
mampu menjelaskan variasi-variasi dependen. Selain uji statistik,
perlu juga dilakukan uji asumsi klasik karena beberapa masalah sering
muncul pada saat analisis regresi digunakan. Uji asumsi klasik ini
meliputi:
1. Uji Autokorelasi (Autocorelation)
Autokorelasi adalah hubungan antara data pada suatu waktu dengan data
pada waktu sebelumnya. Istilah autokorelasi dapat didefinisikan
sebagai korelasi antara serangkaian observasi yang diurutkan waktu
(data deretan waktu) atau ruang (cross-sectional data).
Uji ini dilakukan dengan uji Durbin-Watson dengan rumus:

di mana:
t = periode waktu.
N = jumlah observasi.
et = error pada periode t.

2. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel dependen, variabel independen, atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
berdistribusi normal atau mendekati normal (Santoso, 2001:212).
Deteksi normalitas dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada
sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusannya:
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas;
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti
arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.

3. Uji Heteroskedastisitas
Uji asumsi regresi heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual
dari suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian residual dari
suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas. Jika variannya berbeda, disebut heteroskedastisitas.
Model yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso,
2000:208).
Deteksi adanya heteroskedastisitas dilakukan dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik, di mana sumbu x adalah
y yang telah diprediksi dan sumbu x adalah residual (y prediksi –y
sesungguhnya) yang telah di-studentized. Adapun dasar pengambilan
keputusan adalah:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas;
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas

4. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah adanya hubungan yang kuat antara variabel
independen dari pada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Multikolinearitas berkenaan dengan terdapatnya lebih dari satu
hubungan linear pasti. Multikolinieritas menyebabkan regresi tidak
efisien/penyimpangannya besar (Gujarati, 1999: 157). Uji
multikolinieritas adalah dengan VIF (Variance Inflation Factor) dan CI
(Condition Index), jika VIF < 10 atau CI < 10, tidak terdapat
multikolinieritas.

Pengembangan Dari Ketiga Review Jurnal ( BAB II )

PENGEMBANGAN DARI KETIGA REVIEW JURNAL

BAB II
LANDASAN TEORI
TEORI DASAR

2.1 KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan didefinisikan ke dalam ciri individual, kebiasaan, cara
mempengaruhi orang lain, interaksi, kedudukan, dalam administrasi dan
persepsi mengenai pengaruh yang sah. Ada beberapa ahli kepemimpinan,
diantaranya, yaitu :
Menurut Prof. Dr. Veithzal Rivai, M.B.A dalam bukunya yang
berjudul “ Kepemimpinan dan Perilaku Organisasional “,
menyatakan bahwa :
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh kepada
pengikut - pengikutnya lewat proses komunikasi dalam upaya mencapai
tujuan organisasi.

Menurut Ishak Arep, Hendri Tanjung dalam bukunya yang berjudul “
Manajemen Motivasi “ menyatakan bahwa : “ Kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain atau
masyarakat yang berbeda – beda untuk mencapai tujuan tertentu”.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu proses
dimana seseorang mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok dalam
usahanya untuk mencapai suatu tujuan tertentu

2.1.1 GAYA KEPEMIMPINAN
Menurut George R Terry dalam bukunya yang berjudul “ Dasar –
dasar Manajemen”
terdapat enam tipe gaya kepemimpinan, antara lain :

1. Kepemimpinan Pribadi
Kepemimpinan pribadi dilaksanakan melaui hubungan pribadi.
Petunjuk – petunjuk dan dorongan atau motivasi diberikan secara
pribadi oleh pihak pimpinan.

2. Kepemimpinan Non Pribadi
Kepemimpinan jenis ini, segala peraturan dan kebijakan –
kebijakan yang berlaku pada perusahaan melalui bawahan –
bawahannya atau mempergunakan media non pribadi serta
kepercayaan – kepercayaan.

3. Kepemimpinan Otoritas
Kepemimpinan jenis ini didasarkan atas anggapan bahwa
kepemimpinan merupakan suatu hak dan pemimpin bersifat agak
kaku.

4. Kepemimpinan Demokrasi
Kepemimpinan jenis ini ditandai oleh partisipasi kelompok dan
diproduktifkan opini – opininya.

5. Kepemimpinan Paternalis
Kepemimpinan tipe ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang
paternal atau kebapakan dalam hubungan antar pemimpin kelompok,
tujuannya untuk melindungi dan memberi arah.

6. Kepemimpinan Bakat
Kepemimpinan yang timbul pada orang – orang dari kelompok
organisasi sosial informal.


Menurut Ishak Arep, Hendrik Tanjung dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Motivasi “
mengemukakan 4 tipe gaya kepemimpinan, antara
lain :

1. Democratic Leadership
Yakni suatu gaya kepemimpinan yang menitikberatkan kepada
kemampuan untuk menciptakan moral dan kemampuan untuk
menciptakan kepercayaan.

2. Dictatorial atau Authocratic Leadership
Yakni suatu gaya kepemimpinan yang menitikberatkan kepada
kesanggupan untuk memaksakan keinginannya yang mampu
mengumpulkan pengikut – pengikutnya untuk kepentingan pribadi
dan golongan dengan kesediaan untuk menerima segala risiko
apapun.

3. Paternalistik Leadership
Yakni suatu gaya kepemimpinan yang menitikberatkan pada jalan
atau melaui unsur – unsur demokrasi. Sistem ini dapat
diibaratkan Diktator yang berselimutkan Demokratis.

4. Free Rein Leadership
Yakni salah satu gaya kepemimpinan yang 100% menyerahkan
sepenuhnya seluruh kebijaksanaan pengoperasian manajemen sumber
daya manusia kepada bawahannya dengan hanya berpegang kepada
ketentuan – ketentuan pokok yang ditentukan oleh atasan.

2.1.2 Pengertian Produktivitas Kerja
Pengertian mengenai produktivitas menurut beberapa pakar, yakni sebagai
berikut :
Menurut Paul Mali, yang dikutip oleh Dr. Sedarmayanti, M.Pd,
mengemukakan bahwa “ Produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau
meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan
sumber daya secara efisien. Oleh karena itu produktivitas sering diartikan
sebagai rasio antara keluaran dan masukan dalam satuan waktu tertentu”.
Menurut Ravianto J secara umum produktivitas mengandung pengertian
perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja satuan
waktu. Sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting dalam proses
peningkatan produktivitas karena manusia bersifat dinamis, sedangkan alat
produksi dan kemajuan teknologi lebih bersifat statis yang hanya dapat
digerakkan oleh manusia.

2.1.2.1 Faktor Produktivitas Tenaga Kerja
Menurut Dr. Sedarmayanti, M.Pd. faktor – faktor yang mempengaruhi
produktivitas tenaga kerja adalah sebagai berikut :
1. Sikap Mental
Sikap mental berupa motivasi kerja. Motivasi kerja adalah daya dorong yang
dimiliki, baik secara intrinsik maupun ekstrinsik yang membuat karyawan
mau dan rela untuk bekerja sekuat tenaga menggunakan seluruh kemampuannya
dalam mencapai tujuan.

2. Pendidikan
Pada umumnya organisasi yang mempunyai pendidikan (formal atau non formal)
yang lebih tinggi akan mempunyai wawasan lebih luas akan arti penting
produktivitas.

3. Terampil
Pegawai yang terampil akan lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas
kerja dengan baik. Pegawai akan lebih terampil apabila mempunyai kecakapan
dan pengalaman.

4. Manajemen
Manajemen berkaitan dengan system yang diterapkan oleh pimpinan untuk
mengelola ataupun memimpin serta mengandalkan staf atau bawahannya.
Apabila manajemennya tepat maka akan menimbulkan semangat yang lebih
tinggi sehingga dapat mendorong pegawai untuk melakukan tindakan yang
paling produktif.

5. Hubungan Industrial Pancasila ( HIP )
Dengan penerapan Hubungan Industrial Pancasila maka akan ;
a. Menciptakan ketenangan kerja dan memberikan motivasi kerja secara
produktif sehingga produktivitas dapat meningkat.
b. Menciptakan hubungan kerja yang serasi dan dinamis sehingga menumbuhkan
partisipasi aktif dalam usaha meningkatkan produktivitas.
c. Menciptakan harkat dan martabat pegawai sehingga mendorong
diwujudkannya jiwa yang berdedikasi dalam upaya peningkatan
produktivitas.

6. Tingkat Penghasilan
Tingkat penghasilan memadai dapat menimbulkan kosentrasi kerja dan
kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas.

7. Gizi dan Kesehatan
Pegawai yang terpenuhi akan gizi dan kesehatan maka akan lebih kuat bekerja
dan mempunyai semangat yang tinggi sehingga dapat meningkatkan
produktivitas kerjanya.

8. Jaminan Sosial
Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu organisasi kepada pegawainya
dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat kerja.

9. Lingkungan dan Iklim Kerja
Lingkungan dan Iklim Kerja yang baik akan mendorong pegawai agar senang
bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan
dengan lebih baik menuju ke arah peningkatan produktivitas.

10.Sarana Produksi
Mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas apabila
sarana produksi yang digunakan tidak baik, kadang – kadang dapat
menimbulkan pemborosan bahan yang dipakai.

11.Teknologi
Teknologi yang dipakai tepat dan lebih maju tingkatannya maka akan
memungkinkan :
a. Tepat waktu dalam penyelesaian proses produksi.
b. Jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu
c. Memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisa
dengan memperhatikan hal tersebut, maka penerapan teknologi dapat mendukung
peningkatan produktivitas.

12.Kesempatan Berprestasi
Kesempatan untuk berprestasi akan menimbulkan dorongan psikologis untuk
meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk
meningkatkan produktivitas kerja.

2.1.3 Pengertian Motivasi
Motivasi adalah keinginan bekerja untuk mencapai suatu tujuan, dimana
keinginan tersebut dapat merangsang dan membuat seseorang mau melakukan
pekerjaan atau apa yang mengakibatkan timbulnya motivasi kerja. Untuk
mengukur tingkat motivasi pegawai maka ada beberapa indikator yang akan
diteliti, yaitu sikap pegawai yang mencerminkan motivasi mereka dalam
melakukan pekerjaan, yang meliputi (1)adanya sikap yang mencerminkan
kebutuhan pegawai akan prestasi dan adanya motivasi untuk mencapai hasil
kerja yang baik, (2) menunjukkan sikap tabah, jujur,dalam menghadapi masalah
yang terjadi dalam pekerjaan mereka, (3) menunjukkan sikap pantang menyerah
dan ulet jika mengalami kegagalan.

2.1.4 Pengertian Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah keadaan dimana tempat kerja yang baikmeliputi fisik
dan nonfisik yang dapat memberikan kesan menyenangkan, aman, tentram,
perasaan betah, dan lain sebagainya. Indikatornya adalah : (1) perlengkapan
kerja yang meliputi sarana dan prasarana penunjang kerja seperti komputer,
mesin ketik, mesin pengganda, dan lain sebagainya, (2) Pelayanan kepada
pegawai atau penyedia tempat ibadah, sarana kesehatan, koperasi, sampai pada
kamar kecil, (3) kondisi kerja seperti ruang, suhu, penerangan, dan ventilasi
udara, ( 4) hubungan personal yang meliputi kerjasama antar pegawai dan
atasan.

2.1.5 Pelatihan
Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja
pegawai pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya.
Indikator adalah : (1) pelatihan sebagai pengalaman untuk belajar bagi
pegawai, (2) pelatihan merupakan aktivitas yang terencana, (3) pelatihan
dapat memberikan jawaban atas persoalan yang ada.

2.1.6 Kinerja Karyawan
Kinerja karyawan adalah kemampuan kinerja yang dicapai dan diinginkan dari
perilaku pegawai dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas – tugas pekerjaan
yang menjadi tanggung jawab secara individu atau kelompok. Indikatornya
adalah (1) kemampuan dalam menyusun rencana kerja, (2) kemampuan
merealisasikan rencana kerja, (3) kemampuan melaksanakan perintah / instruksi
atasan, (4) kemampuan memberikan pelayanan ke[ada masyarakat, (5) kemampuan
dalam kuailitas kerja, meliputi ketelitian, kerapian, kecepatan, ketepatan,
dan keterampilan dalam melakukan tugas (6) kemampuan pegawai dalam mencapai
target kerja atau hasil kerja yang diinginkan.

2.1.7 Pengertian Komunikasi
Menurut Sondang P Siagian komunikasi merupakan unsur penting dalam kehidupan
organisasi, baik ditinjau dari segi proses administrasi dan manajemen maupun
keterlibatan semua pihak didalam suatu organisasi.
Menurut Bernard mengatakan bahwa eksistensi suatu organisasi ( suatu system
kerja sama ) bergantung kepada kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan
kemampuan untuk bekerja sama guna mencapai suatu tujuan yang sama pula. Oleh
karenanya fungsi utama seorang eksekutif adalah mengembangkan dan memelihara
system komunikasi. system atau jaringan komunikasi mengikat peran seluruh
anggota organisasi.


HIPOTESIS
2.2 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja
Seperti diketahui bahwa gaya kepemimpinan merupakan suatu proses dimana
seseorang mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok dalam usahanya untuk
mencapai tujuan tertentu. Tannanbaum dan Schmidt yang dikutip
oleh Gibson ( 2001:285 ) mengatakan bahwa : “ Manajer yang baik
adalah orang yang dapat memelihara keseimbangan yang tinggi dalam menilai
secara tepat kekuatan yang menentukan perilakunya yang paling cocok bagi
waktu tertentu dan benar – benar mampu bertindak demikian
". Menurut
Dale Timple ( 1999:31 ) mengatakan bahwa :
“ Pemimpin merupakan orang yang menerapkan prinsip dan teknik yang
memastikan motivasi, diaiplin, dan produktivitas jika berkerjasama dengan
orang, tugas, dan situasi agar dapat mencapai sasaran perusahaan “.

Dengan mengerti dan mengetahui hal – hal yang dapat membangkitkan motivasi
dalam diri seseorang yang merupakan kunci untuk mengatur orang lain. Tugas
pemimpin adalah mengidentifikasikan dan memotivasi karyawan agar dapat
berprestasi dengan baik yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas
perusahaan Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap produktivitas kerja karyawan.

2.3 Pengaruh Kepuasan Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan
Menurut Tubbs dan Hain melaporkan hasil penelitiannya dan
menyimpulkan bahwa Komunikasi Manajemen berpengaruh terhadap peningkatan
efektivitas organisasi secara total. Menurut Pincus dalam studi lapangan
menemukan hubungan positif antara komunikasi dan kinerja pekerjaan tetapi
hubungan komunikasi kepuasan lebih kuat, khususnya dalam komunikasi
supervisor, iklim komunikasi, dan umpan balik personal.

Jumat, 19 November 2010

Bab I ( Pengembangan dari review Ketiga Jurnal yang telah di Revisi )

PENGEMBANGAN DARI KETIGA REVIEW JURNAL

BAB I.

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Semua perusahaan pasti memerlukan manajemen yang berkaitan dengan usaha – usaha untuk mencapai tujuan tertentu bagi perusahaan tersebut. Tidak hanya pada sector swasta , sektor public juga memerlukan manajemen yang baik agar dapat memberikan pelayanan kepada publik atau masyarakat yang memerlukan dengan baik pula, berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung oleh keberhasilannya daripada individu organisasi itu sendiri dalam menjalankan tugas mereka. Berbagai macam hambatan pasti akan ditemui oleh para individu organisasi untuk bisa bekerja dengan baik sehingga kinerja mereka dapat diterima dengan baik oleh perusahaan dan masyarakat yang memerlukan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja antara lain : motivasi, kepemimpinan lingkungan kerja, insentif, budaya kerja, komunikasi, jabatan, pemberian gizi karyawan, pelatihan, dan masih banyak yang lainnya. Semua faktor itu pasti berpengaruh, ada yang dominan dan ada juga yang tidak.

Saat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin meningkat yang menyebabkan persaingan diantara para pengusaha semakin pesat, maka masing – masing perusahaan harus dapat membenahi perusahaannya dalam segala aspek mulai dari produksi, keuangan, personalia, dan juga pembenahan didalam organisasi perusahaan. Oleh sebab itu diharapkan perusahaan dapat memenuhi tuntutan beroperasi seefektif dan seefisien mungkin agar dapat tetap bertahan menghadapi pesaingnya. Perusahaan yang dapat bertahan terhadap persaingan tersebut akan dapt berkembang dan tumbuh menjadi suatu perusahaan yang berskala besar. Tumbuhnya skala perusahaan akan mengakibatkan meluasnya kegiatan – kegiatan di perusahaan tersebut sehingga memerlukan banyak perubahan dalam bidang manajemen.

Dalam hal ini pengaruh seorang pemimpin sangat menentukan , karena untuk merealisasikan tujuan organisasi dalam melakukan perubahan reorganisasi ataupun restrukturisasi untuk peningkatan kinerja karyawan. Perusahaan perlu menerapkan gaya kepemimpinan atau pola kerja yang yang konsisten terhadap situasi kerja yang dihadapi . selain itu seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya harus berupaya menciptakan dan memelihara hubungan yang baik dengan bawahannya agar mereka dapat bekerja secara produktif melalui komunikasi dalam organisasi, karena manajemen itu adalah organisasi. Selain kepemimpinan pengaruh komunikasi yang baik antara seorang pemimpin dan bawahan juga sangat menentukan dalam peningkatan kinerja karyawan suatu perusahaan agar dapat bekerja secara produktif. Dengan demikian secara tidak langsung produktivitas suatu perusahaan dapat ditingkatkan.

Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam memberikan pengarahan kepada karyawan apalagi apalagi pada saat – saat sekarang ini dimana semua serba terbuka, maka kepemimpinan yang dibutuhkan adala kepemimpinan yang bisa meberdayakan karyawannya, kepemimpinan yang bisa menumbuhkan motivasi kerja karyawan adalah kepemimpinan yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri para karyawan dalam menjalankan tugasnya masing- masing dan kepemimpinan yang bisa menciptakan komunikasi yang baik antara seorang pemimpin dengan bawahannya sehingga terbentuklah suatu hubungan harmonis antara atasan dengan bawahan.

Selain kepemimpinan dan komunikasi, pelatihan dan motivasi juga berperan penting dalam peningkatan kinerja karyawan. Oleh sebab itu kualitas pelayanan pimpinan kepada karyawan perlu ditingkatkan. Melalui pelatihan ini para karyawan bisa terbantu mengerjakan pekerjaan yang ada, dapat juga meningkatkan prestasi kerja karyawan. Pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik sesuai dengan kapasitasnya masing – masing. Motivasi juga dapat memeberikan sumbangan yang signifikan dalam peningkatan kualitas pelayanan. Seperti teori Maslow tentang motivasi adalah seperti kerucut diamana manusia akan termotivasi apabila kebutuhan yang menjadi sasaran hidup terpenuhi dengan baik mulai dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan aktualisasi diri. Semakin kebutuhannya terpenuhi maka akan semakin besar kinerja karyawan dalam melakukan tugas dan kewajibannya di perusahaan. Lingkungan kerja di perusahaan juga mempengaruhi kinerja yang dilaksanakan oleh karyawan. Lingkungan kerja ini terdiri atas fisik dan nonfisik yang melekat dengan karyawan sehingga tidak dapat dipisahkan dari usaha pengembangan kinerja karyawan. Lingkungan yang segar , nyaman dan memenuhi standart kebutuhan layak akan memberikan kontribusi terhadap kenyamanan karyawan dalam melakukan tugasnya. Linkungan kerja non fisik yang meliputi keramahan sikap para karyawan, sikap saling menghargai di waktu berbeda pendapat dan lain sebagainya adalah syarat wajib untuk terus membina kualitas pemikiran karyawan yang akhirnya bisa membina kinerja mereka secara terus menerus.




1.2 RUMUSAN MASALAH

* Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan, motivasi, pelatihan
dan lingkungan kerja terhadap peningkatan kinerja karyawan.

* Untuk mengetahui bagaimana gaya kepemimpinan yang akan diterapkan oleh
seorang pemimpin dalam hal peningkatan kinerja karyawan menurut persepsi
karyawan di suatu perusahaan.

* Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap tingkat
produktivitas kerja menurut persepsi karyawan di suatu perusahaan.

* Untuk mengetahui pengaruh faktor komunikasi terhadap peningkatan suatu
kinerja karyawan.



1.3 TUJUAN PENELITIAN

* Menganalisis pengaruh kepemimpinan, motivasi, pelatihan, dan lingkungan
kerja terhadap peningkatan kinerja karyawan.

* Menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap peningkatan
produktivitas kerja.

* Menganalisis pengaruh faktor komunikasi terhadap peningkatan suatu kinerja
karyawan.


1.4 KERANGKA PEMIKIRAN

* Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam memberikan pengarahan
kepada karyawan apalagi pada saat saat sekarang ini dimana semua serba
terbuka. Selain kepemimpinan pelatihan juga penting bagi karyawan, karena
melalui pelatihan ini para karyawan bisa terbantu mengerjakan pekerjaan
yang ada dan dapat pula meningkatkan prestasi kerja karyawan. Motivasi
juga dapat memberikan sumbangan yang signifikan dalam peningkatan
kualitas pelayanan tersebut. Seperti teori Maslow tentang motivasi
adalah sebuah kerucut dimana manusia akan termotivasi apabila kebutuhan
yang menjadi sasaran hidup terpenuhi dengan baik mulai dari kebutuhan
fisiologis sampai kebutuhan aktualisasi diri.

* Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang mempunyai
peran terpenting dalam suatu organisasi. karena dalam kerangka
pencapaian tujuan organisasi perusahaan, faktor manusia menunjang peran
yang dominan.suatu perusahaan didirikan karena adanya tujuan tertentu
yang harus dicapai efektifitas dan efisiensi yang maksimal. Untuk
mencapai tujuan organisasi maka pimpinan tidak dapat mengabaikan karyawan
dan situasi lingkungan kerjanya, Agus Dharmo mengemukakan bahwa “
Keefektifan kepemimpinan tergantung pada kecocokan antara tugas,
kekuasaan, sikap, dan persepsi “.

karena dalam suatu perusahaan tiap karyawan membawa seperangkat
kebutuhan yang berbeda – beda ke dalam situasi pekerjan mereka, maka
seorang pemimpin harus dapat mengetahui dan memahaminya. Diantara hal
tersebut, persepsi karyawan merupakan hal yang harus dapat dipahami oleh
seorang pemimpin.

* Menurut Bernard bahwa eksistensi suatu organisasi bergantung pada
kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan kemampuan untuk bekerja sama
guna mencapai suatu tujuan yang sama pula. Oleh karenanya fungsi utama
seorang eksekutif adalah mengembangkan dan memelihara system komunikasi .
system atau jaringan komunikasi mengikat peran seluruh anggota organisasi.
Menurut Sondang P Siagian komunikasi merupakan unsur yang penting dalam
kehidupan organisasi, baik ditinjau dari segi proses administrasi dan
manajemen maupun keterlibatan semua pihak didalam suatu organisasi.


JUDUL : ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN KINERJA
KARYAWAN DALAM SUATU PERUSAHAAN.

Jumat, 05 November 2010

tugas Perilaku konsumen ( Mega 3EA10 10208791 )


MEMAHAMI KONSUMEN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang Masalah
Pemahaman akan perilaku konsumen adalah tugas penting bagi para pemasar. Para pemasar mencoba memahami perilaku pembelian konsumen agar mereka dapat menawarkan kepuasan yang lebih besar kepada konsumen. Tapi bagaimanapun juga ketidakpuasan konsumen sampai tingkat tertentu masih akan ada. Beberapa pemasar masih belum menerapkan konsep pemasaran sehingga mereka tidak berorientasi pada konsumen dan tidak memandang kepuasan konsumen sebagai tujuan utama. Lebih jauh lagi karena alat menganalisis perilaku konsumen tidak pasti, para pemasar kemungkinan tidak mampu menetapkan secara akurat apa sebenarnya yang dapat memuaskan para pembeli. Sekalipun para pemasar mengetahui faktor yang meningkatkan kepuasan konsumen, mereka belum tentu dapat memenuhi faktor tersebut.
Menurut Susan A. Friedmann, setidaknya perlu memahami “10 ayat-ayat” berikut agar dapat menajamkan fokus dalam melayani konsumen. Ketahui siapa bos sebenarnya. Anda berbisnis untuk melayani konsumen, dan Anda hanya dapat melakukan itu apabila mengetahui keinginan mereka. Jika Anda sungguh-sungguh mendengarkan konsumen, mereka akan menjelaskan apa yang dikehendaki dan bagaimana sebaiknya Anda memberikan pelayanan terbaik untuk mereka. Jangan lupa bahwa yang “membayar” gaji kita dan memungkin bisnis ini berjalan adalah konsumen.
Jadilah pendengar yang baik. Luangkan waktu untuk menelaah kebutuhan konsumen dengan bertanya dan fokus terhadap apa yang telah mereka katakan. Perhatikan kata-katanya, intonasi suaranya, gerak badannya, dan yang terpenting bagaimana perasaan mereka. Jauhkan diri dari asumsi-asumsi dan berpikir intuitif tentang keinginan konsumen.

1.2   Rumusan Masalah
1. apa pengertian konsumen?
2. apa saja jenis-jenis konsumen?
3. apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen?
4. bagaimana cara memahami konsumen?



1.3 Tujuan.Pembahasan
1. mengetahui pengertian konsumen
2. mengetahui jenis-jenis konsumen
3. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
4. mengetahui cara memahami konsumen

BAB II
ISI 
Pengertian Konsumen
Dalam dunia marketing konsumen adalah hal yang perlu diperhatikan, jika suatu perusahaan atau pedagang tidak memiliki konsumen, maka akan sia-sia barang yang diperdagangkan. Berikut ini adalah pengertian konsumen menurut beberapa ahli, yaitu:
a. Pengertian Konsumen menurut Philip Kotler (2000) dalam bukunya Prinsiples Of Marketing adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi
b. Menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU PK, “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”

Jenis-jenis konsumen
a. Pelanggan/konsumen menurut UU Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dimasyarakat baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
b. Konsumen trend setter. Tipikal konsumen ini selalu suka akan sesuatu yang baru, dan dia mendedikasikan dirinya untuk menjadi bagian dari gelombang pertama yang memiliki atau memanfaatkan teknologi terbaru
c. Konsumen yang mudah dipengaruhi, terutama oleh konsumen trend setter, sehingga disebut sebagai follower atau pengikut. Kelompok ini sangat signifikan, karena membentuk persentase terbesar, kelompok ini disebut konsumen follower.
d. Value seeker, adalah mereka yang memiliki pertimbangan dan pendirian sendiri. Jenis konsumen ini relatif sulit untuk dipengaruhi, karena mereka lebih mendasarkan kebutuhan mereka terhadap alasan-alasan yang rasional.
e. Konsumen pemula adalah pelanggan yang datang banyak bertanya dan merupakan calon pelanggan dimasa yang akan datang.
f. Konsumen curiga, ada konsumen yang datang dengan rasa curiga bahwa anda menjual barang gelap dengan harga gelap dan untung anda berlipat.
g. Konsumen pengadu domba, Konsumen jenis ini suka mengatakan bahwa harga di tempat lain lebih murah daripada barang yang anda tawarkan.
h. Konsumen pengutil,konsumen yang sering bertanya apa saja, yang pada intinya bertujuan agar anda bingung dan linglung, dan pada akhirnya setelah konsumen tersebut pergi, anda mendapatkan ada barang yang hilang. Konsumen jenis ini tidak selalu kumal kadang berpenampilan parlente
i. Konsumen yang loyal pada harga adalah konsumen yang loyalitasnya hanya terletak pada harga bukan pada Anda.
j. Konsumen banyak uang adalah konsumen yang memilki banyak uang tapi menomorsatukan mutu.
k. Konsumen kumuh, sesungguhnya penampilan kumuh atau perlente tidak pernah mengatakan apa-apa dan jangan berprasangka buruk bahwa konsumen tersebut akan memperdaya kita. Tapi memang seperti itulah kepribadian mereka.
l. Pelanggan adalah orang/lembaga yang melakukan pembelian produk/jasa kita secara berulang-ulang.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut James F. Engel – Roger D. Blackwell – Paul W. Miniard dalam Saladin (2003 : 19) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu :
a. Pengaruh lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi. Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut diatas.
b. Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupakan faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Kelima faktor tersebut akan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses keputusannya.
c. Proses psikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minat utama dari penelitian konsumen sebagai faktor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam penambilan keputusan pembelian.

Memahami Konsumen
Pada tahun 1960-an seorang ahli pengiklanan, David Ogilvy dalam bukunya, Confessions of an Advertising Man Atheneum menyatakan; “Konsumen bukanlah orang dungu. Dia istri Anda!” Pernyataan ini dikutip oleh dua ahli pengiklanan Dewasa ini, Max Stherland dan Alice K. Sylvester, dalam kata pengantar bukunya; Advertising and The Mind of The Consumer, tahun 2000. Kemudian dalam buku tersebut juga disebutkan konsumen merupakan, “Istri, suami, pasangan, dan anak-anak kita semuanya adalah konsumen. Mereka bukanlah orang idiot. Konsumen adalah Anda dan saya”.
Pada tahun 1980 sebuah perusahaan riset pasar yang ternama J.D. Power & Associates, mengumpulkan pendapat lebih dari 60.000 pemilik mobil di Amerika Serikat, untuk mengukur kepuasan mereka terhadap mutu produk dan pelayanan dari dealer atau perusahaan penyalur selama 12 sampai 14 bulan pertama kepemilikan mobil mereka. Survai dilakukan terhadap berbagai merek yang terjual di Amerika Serikat. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa kepuasan terhadap dealer ternyata memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan secara keseluruhan. Kepuasan terhadap dealer menyebabkan kesetiaan terhadap dealer. Merzedes-Benz, Subaru dan Jaguar, ternyata memimpin merek lainnya dalam kepuasan pelanggan.
Untuk dapat memuaskan konsumennya, perusahaan dapat memulai dari mencari tahu kebutuhan dan keinginan itu sendiri. Atau dengan kata lain perusahaan harus tahu motif konsumen dalam membeli suatu produk. Apakah konsumen membeli produk untuk memperoleh manfaat inti dari produk ataukah mereka membeli produk tersebut akan memperoleh tambahan manfaat dari produk yang dibelinya. Umpamanya, mungkin seorang ibu rumah tangga dalam membeli sabun deterjen memilih merk tertentu bukan karena deterjen tersebut dapat mencuci tetapi karena deterjen tersebut dapat mencuci tetapi karena deterjen tersebut ditempatkan dalam sebuah gelas, yang dapat menambah koleksi gelasnya setelah sabunnya habis.
Identifikasi dan antisipasi kebutuhan konsumen. Perlu disadari, konsumen bukanlah sekadar membeli produk atau jasa. Akan tetapi mereka membeli perlakuan yang baik (good feelings) dan solusi atas masalah yang dihadapinya. Seringkali konsumen bersikap emosional ketimbang berpikir logis. Karena itu, semakin baik konsumen dipahami,, maka akan semakin mudah dalam mengantisipasi kebutuhan mereka. Lakukan komunikasi secara reguler sehingga diketahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen.  Perlakukan konsumen sebagai individu. Selalu pergunakan nama mereka dan temukan cara untuk memberikan pujian atau mengucapkan salam, tapi lakukan dengan betul-betul tulus. Orang sangat menghargai ketulusan. Hal ini menciptakan perasaan yang baik dan kepercayaan (trust). Pikirkan cara-cara untuk mendapatkan perasaan baik ini dalam menjalin hubungan. Konsumen amat sensitif dan akan tahu apakah pemasar betul-betul peduli atau tidak kepada mereka. Jangan lupa, ucapkan terima kasih tiap kali ada kesempatan. Jika bertatap muka langsung dengan mereka, pastikan pula bahwa gerak tubuh menunjukkan ketulusan. Antara kata-kata dan tindakan juga harus selaras.Bantulah konsumen memahami sistem. Bisnis bisa saja sudah diorganisasikan dengan sangat baik bahkan mungkin memakai standar internasional. Namun jika konsumen tak memahami sistem tersebut, tak mustahil mereka justru kebingungan, menjadi tak sabar bahkan marah. Karena itu, sediakan waktu untuk menjelaskan bagaimana sistem bekerja dan bagaimana sistem itu semakin mempermudah transaksi. Meski demikian, perlu dijelaskan secara hati-hati bahwa sistem tersebut tetap tak mengurangi sentuhan manusia dalam bisnis. Pada saat mereka memiliki permintaan (sepanjang rasional) katakan bahwa bisa dipenuhi. Bayangkan apa yang terjadi sesudah itu. Jalan bisnis akan semakin mudah.

Pahami bagaimana meminta maaf, ketika terjadi suatu hal buruk, maka minta maaflah. Hal ini mudah dilakukan dan konsumen pun menyukainya. Konsumen tentu saja tidak selalu benar, tapi konsumen selalu harus menang. Upayakan pemecahan masalah secepatnya dan informasikan kepada konsumen apa yang telah pemasar lakukan. Permudah jalan bagi konsumen untuk menyampaikan komplain. Hargai keluhannya. Meski bagi kita mungkin terasa pahit, namun hal itu memberikan peluang untuk perbaikan. Sekalipun di luar cuaca sedang buruk, pergilah untuk membuat konsumen tetap nyaman. Berikan ekspektasi lebih kepada mereka. Karena masa depan sebuah bisnis terletak pada bagaimana mempertahankan kepuasan konsumen, pikirkan cara agar bisa meningkatkan pelayanan dan memenangkan persaingan.

BAB III
SIMPULAN
Untuk dapat memuaskan konsumennya, perusahaan dapat memulai dari mencari tahu kebutuhan dan keinginan itu sendiri. Atau dengan kata lain perusahaan harus tahu motif konsumen dalam membeli suatu produk. Apakah konsumen membeli produk untuk memperoleh manfaat inti dari produk ataukah mereka membeli produk tersebut akan memperoleh tambahan manfaat dari produk yang dibelinya
Identifikasi dan antisipasi kebutuhan konsumen. Perlu disadari, konsumen bukanlah sekadar membeli produk atau jasa. Akan tetapi mereka membeli perlakuan yang baik (good feelings) dan solusi atas masalah yang dihadapinya. Seringkali konsumen bersikap emosional ketimbang berpikir logis. Karena itu, semakin baik konsumen dipahami,, maka akan semakin mudah dalam mengantisipasi kebutuhan mereka. Lakukan komunikasi secara reguler sehingga diketahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen.

Mata Kuliah     : Perilaku Konsumen


Review Jurnal Ulang 3 ( Edisi Revisi 1 )


           
            Review Jurnal ( Revisi )

            Tema : Faktor – faktor yamg mempengaruhi peningkatan Kinerja Karyawan pada
                        suatu perusahaan.
            Judul : Pengaruh faktor – faktor kepuasan komunikasi terhadap kinerja karyawan.
            Masalah : Bagaimana faktor – faktor kepuasan komunikasi terhadap kinerja
                             karyawan ?.
            Penulis : Bey Arifin

I.                   Latar Belakang.

Tujuan organisasi melakukan perubahan reorganisasi maupun restrukturisasi untuk meningkatkan kinerja. Peningkatan kinerja tersebut belum tentu dicapai dengan adanya perubahan tersebut. Menurut Lau bahwa dalam perspektif organisasi sebagai system dari manusia, jika manusianya tidak berubah maka tidak akan ada perubahan organisasi.
Salah satu hal yang dituntut untuk berubah adalah pola pikir dan pola              tindak perusahaan dalam aspek pengelolaan sumber daya manusia. Saat ini kualitas pelayanan terhadap konsumen (baca:pasien) di setiap Rumah Sakit
di Indonesia terus ditingkatkan bahkan terjadi persaingan. Hal ini menuntut adanya kerja keras pihak manajemen Rumah Sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan tersebut. Juga menuntut adanya perubahan pola pikir dan pola tindak dan unit kerja atau organisasi, agar dapat tetap bertahan hidup dan berkembang dalam menghadapi tuntutan zaman dan tuntutan masyarakat. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dan dikembangkan agar kinerja karyawan meningkat adalah komunikasi organisasi karena manajemen itu adalah organisasi. Komunikasi organisasi terjadi setidak-tidaknya satu orang yang menduduki suatu jabatan dengan satu orang bawahan. Di dalam komunikasi organisasi tentunya banyak terjadi proses transaksi penafsiran pesan di antara individu pada saat yang sama dan memiliki jenis hubuangan yang berlainan. Seperti penafsiran terhadap keputusan dan kebijakan organisasi. Eksistensi suatu organisasi (suatu sistem kerja sama) bergantung kepada kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan kemampuan untuk bekerja sama guna mencapai suatu tujuan yang sama pula. Oleh karenanya, fungsi utama seorang eksekutif adalah mengembangkan dan memelihara sistem komunikasi.

II.                 Tujuan Penelitian

                           Penelitian ini secara khusus mengkaji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan pada 3 rumah sakit swasta di Kota Semarang. Dan untuk menjawab rumusan masalah di atas maka dalam penelitian ini yang menjadi tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor kepuasan komunikasi terhadap kinerja karyawan.

III.               Metodologi Penelitian

1. Jenis Data Primer
data primer yaitu data yang berasal langsung dari sumber yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti. Jenis data ini diperoleh langsung dari penyebaran  daftar pertanyaan (kuesioner) kepada karyawan yang bekerja di RSU Roemani PKU Muhammadiyah, RSU Panti Wilasa "Dr. Cipto", RSU Telogorejo.
Data primer adalah data yang berasal langsung diperoleh dari karyawan/ responden, dalam hal ini data yang diperlukan adalah :
a. Data mengenai karakteristilc responden seperti nama, lama kerja di Rumah Sakit.
b. Data untuk mendukung analisis operasional variabel berupa data kepuasan komunikasi secara keseluruhan.


2. Jenis Data Sekunder
Merupakan jenis data yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Data ini diperoleh melalui penelitian terdahulu yang dapat mencycung penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dan manual perusahaan, surat edaran, laporan – laporan perusahaan dan catatan mengenai karyawan.

3. Populasi dan Sampl Penelitian
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalam penelitian ini adalah Purposive Random Sampling yaitu informasi atau data diambil dari target yang spesifik. Sampel yang diobservasi meliputi, pendidikan tingkat SLTAhingga Perguruan tinggi, jabatan tenaga kesehatan dan non-kesehatan, status karyawan tetap dengan masa kerja > 1 tahun. Dengan demikian jumlah populasi secara keseluruhan berdasarkan jenis ketenagaan, jabatan kesehatan dan non-kesehatan, status karyawan tetap dengan masa kerja 1 tahun adalah 1.210 karyawan.


IV.             Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data baik data primer dan sekunder adalah sebagai berikut :
1) Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner secara langsung kepada karyawan. Karyawan diyakinkan bahwa tanggapan mereka akan anonim dan rahasia. Responden memasukkan kuesioner yang telah diisi lengkap dalam amplop tertutup yang telah disediakan.
2) Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara pengumpulan laporan kepegawaian dan aturan-aturan/kebijakan kepegawaian yang berlaku di perusahan.


V.                 Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor
kepuasan komunikasi terhadap Kinerja Karyawan. Dari penelitian yang dilakukan  terhadap 327 perawat rumah sakit membuktikan bahwa terdapat hubungan
positif antara komunikasi dengan kinerja karyawan. Dijelaskan di dalam penelitian tersebut bahwa hubungan antara Komunikasi Pengawasan, Iklim Komunikasi dan Umpan Balik Individu sangat kuat terhadap Kineja Karyawan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini membuktikan bahwa faktor-faktor kepuasan komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Adapun faktor-faktor Kepuasan Komunikasi yang tergolong kuat berpengaruh terhadap kinerja karyawan adalah, pertama Iklim Komunikasi, kedua Integrasi Organisasi, dan Umpan Balik Individu.

Dari jawaban responden terhadap 'variabel kepuasan terhadap komunikasi,
menunjukkan bahwa kebanyakan responden merasa puas terhadap kondisi-kondisi
normatif kerja yang mereka terima di tempat kerja. Hal ini merupakan kenyataan umum
yang terjadi pada sektor ketenagakerjaan. Pandangan yang menganggap Komunikasi
Organisasi (sebagai salah satu sumber kepuasan atau pula ketidakpuasan) sebagai unggulan kompetitif di dalam dunia usaha, sehingga perlu adanya perhatian yang serius. Hal ini menyebabkan perusahaan berbenah diru di dalam memperbaiki komunikasi organisasinya. Manajemen perusahaan tentunya tidak menghendaki terjadinya konflik dengan karyawan. Kondisi seperti ini jika terjadi akan menimbulkan ketidaknyamanan baik bagi pihak perusahaan sendiri atau pun pihak karyawan.
Untuk mempertahankan kepuasan dan mengurangi ketidakpuasan karywan terhadap
komunikasi organisasi yang terjadi di dalam perusahaan, persahaan (dalam hal ini
menajemen) dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan baik terhadap karyawan dan
perlu adanya transparansi dari pihak manajemen. Adanya komunikasi yang baik dan
transparansi tersebut, maka manajemen dapat mengetahui sejauh mana keterikatan
                          emosional karyawan terhadap perusahaan, dan mengetahui masalah-masalah yang 


                          menjadi sumber ketidakpuasan. Dala proses untuk mencapai hal tersebut maka  manajemen harus menerapkan manajemen terbuka untuk menciptakan hubungan industrial yang harmonis. Manajemen terbuka yang dimaksud adalah menajemen yang menerapkan strategi topdown (atas-bawah) dan bottom-up (bawah-atas). Dengan strategi tersebut keselarasan pemikiran, pencitraan serta visi dan misi perusahaan dapat dijalankan secara sinergis oleh pihak manajemen dan karyawan.

           
VI.             Kesimpulan

Dari analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat
diambul adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil analisis regresi yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel bebas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan. Hal ini berarti bahwa semakin puas pekerja terhadap komunikasi yang terjadi di dalam perusahaan, maka semakin tinggi kinerja karyawan tersebut.
2. Variabel Iklim Komunikasi mempunya pengaruh signifikan yang paling besar terhadap kinerja karyawan. Dikarena karyawan menginginkan terjadinya komunikasi yang mendukung sukses kerjanya.
3. Dan hasil analisis diperoleh bahwa variasi atau perubahan yang terjadi pada variabel tidak bebas dapat dijelaskan sebesar 97 % oleh perubahan variabel bebasnya. Sedangkan sisanya sebesar 3 % dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel dalam penelitian ini.

Review Jurnal Ulang 2 ( Edisi Revisi 1 )



            Review Jurnal 2 ( Edisi Revisi )

            Tema : Faktor – Faktor mempengaruhi peningkatan Kinerja Karyawan pada suatu
                        Perusahaan.
            Judul : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Peningkatan Produktivitas Kerja
                        Menurut Persepsi Karyawan PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading
                        Company, tbk.
            Masalah : 1. Bagaimana gaya kepemimpinan yang diterapkan pada karyawan
                                 Bagian produksi PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company,
                                 Tbk ?.
                             2. Bagaimana tingkat produktivitas kerja karyawan bagian produksi
                                 PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company,tbk ?.
                             3. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan tersebut terhadap tingkat
                                 Produktivitas kerja menurut persepsi karyawan bagian produksi
                                 PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company,tbk ?.
            Penulis : Anonim
            Tahun : -

I.                   Latar Belakang.

Saat ini pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di Indonesia semakin pesat sehingga persaingan diantara para pengusaha juga semakin ketat. Masing – masing berusaha membenahi perusahaanya dalam segala aspek mulai dari produksi, pemasaran, keuangan, personalia, dan juga pembenahan di dalam organisasi perusahaan. Oleh sebab itu diharapkan perusahaan dapat memenuhi tuntutan beroperasi seefektif dan seefisien mungkin agar dapat tetap bertahan menghadapi pesaingnya.

Perusahaan yang dapat bertahan terhadap persaingan tersebut akan dapat berkembang dan tumbuh menjadi suatu perusahaan yang berskala besar.
Tumbuhnya skala perusahaan akan mengakibatkan meluasnya kegiatan – kegiatan di perusahaan tersebut sehingga memerlukan banyak perubahan dalam bidang manajemen.

Dalam hal ini pengaruh seorang pemimpin sangat menentukan, karena untuk merealisasikan tujuan, perusahaan perlu menerapkan gaya kepemimpinan atau pola kerja yang konsisten terhadap situasi kerja yang dihadapi. Selain itu seorang pemimpin di dalam melaksanak tugasnya harus berupaya menciptakan dan memelihara hubungan yang baik dengan bawahannya agar mereka dapat bekerja secara produktif. Dengan demikian, secara tidak langsung pun produktivitas perusahaan dapat ditingj\katkan.


II.                Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan pada karyawan
    Bagian produksi PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company,tbk.
2. Untuk mengetahui tingkat produktivitas kerja karyawan bagian produksi
    PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company,tbk.
3. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap produktivitas
    kerja menurut persepsi karyawan PT Ultrajaya Milk Industry and Trading
    Company,tbk.



III.             Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Deskriptif analisis, yaitu suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data – data yang mempunyai hubungan erat dengan permasalahan yang akan diteliti dan membandingkannya dengan pengetahuan teori untuk merumuskan persoalan serta kemungkina untuk mencari pemecahannya.

IV.             Teknik Pengumpulan Data.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1.      Penelitian Lapangan
Yaitu penelitian langsung pada objek yang diteliti. Hal – hal yang dilakukan
antara lain :

a.       Observasi
Yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung pada objek yang diteliti.

b.      Interview
Yaitu dengan mengadakan wawancara dengan pihak yang berwenang dan beberapa orang karyawan yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diteliti sehingga data yang diperoleh dapat dianalisa.

c.       Kuesioner
Yaitu dengan cara menyebarkan angket yang berupa pertanyaan kepada karyawan PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company,tbk untuk mengetahui bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap peningkatan produktivitas kerja menurut persepsi karyawan PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company,tbk.

2.      Penelitian Kepustakaan
Yaitu dengan memepelajari literatur – literatur yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti terutama mengenai masalah pemberian upah terhadap
motivasi karyawan.

V.                Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini alat yang digunakan oleh penulis adalah mengumpulkan kuesioner yang pertanyaanya disusun secara sistematis dengan tujuan agar
pertanyaan dapat diketahui dengan jelas. Langkah – langkahnya antara lain :

1. Editing
    Yaitu pemeriksaan kembali seluruh angket yang masuk dengan melihat apakah
    ada kesalahan atau tidak.

2. Tabulasi
    Yaitu semua jawaban diubah menjadi bentuk angka, lalu hasinya dijumlahkan.

Hasil data yang diperoleh dari lapangan berdasarkan variabel – variabel yang telah dioperasionalkan akan dianalisis secara deskriptif yaitu dengan cara pemberian skor
Pada setiap pertanyaan.



Teknik analisis dan standar penilaian yang akan dilakukan adalah menentukan
Bobot penilaian dari setiap alternative jawaban kuesioner yaitu :

Nilai 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju  ( STS )
Nilai 2 untuk jawaban Tidak Setuju              ( TS )
Nilai 3 untuk jawaban Kurang Setuju            ( KS )
Nilai 4 untuk jawaban Setuju                         ( S )
Nilai 5 untuk jawaban Sangat Setuju             ( SS )


VI.             Hasil dan Pembahasan

Seperti yang diketahui bahwa gaya kepemimpinan merupakan suatu proses dimana
Seseorang mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan sendiri.
Seseorang pemimpin yang baik, sangat bergantung pada kemampuan pemimpin tersebut dalam menyesuaikan gaya kepemimpinannya pada situasi kerja yang di hadapinya.

Tannanbaum dan Schmidt yang dikutip oleh Gibson ( 2001:285 ) mengatakan
Bahwa :

“ Manajer yang baik adalah orang yang dapat memelihara keseimbangan
   yang tinggi dalam menilai secara tepat kekuatan yang menentukan perilaku
   nya yang paling cocok bagi waktu tertentu dan benar – benar mampu
   bertindak “

Keberhasilan perusahaan pada dasarnya ditopang oleh kepemimpinan yang efektif
dimana dengan kepemimpinannya itu dapat mempengaruhi bawahannya untuk membangkitkan motivasi kerja mereka agar berprestasi terhadap tujuan bersama.
Dengan mengetahui hal – hal tersebut maka hal – hal tersebut itu pula dapat membangkitkan motivasi dalam diri seseorang yang merupakan kunci untuk mengatur orang lain.

VII.          Kesimpulan

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan. Dimana tugas pemimpin tersebut adalah mengidentifikasikan dan memotivasikan karyawan agar dapat berprestasi dengan baik yang pada akhirnya akan meningkatkkan produktivitas perusahaan.